Penerapan Hukum-Hukum
Teori Gestalt pada Karya Fotografi
Abstrak
Dalam makalah
ini penulis ingin menunjukkan
andil hukum-hukum dalam psikologi
Gestalt dalam proses kreatif pembuatan sebuah karya fotografi.
Hukum-hukum yang ada akan sangat membantu dalam proses pembuatan sebuah karya
agar karya tersebut tepat sasaran dan terlihat unik.
Hukum-hukum
Psikologi Gestalt akan saya jadikan dasar dalam pembuatan karya-karya penulis.
Setiap karya yang penulis buat adalah representasi dari
hukum-hukum tersebut yang penulis aplikasikan
secara kreatif dengan menggunakan teknik-teknik pencahayaan dan objek
yang beragam.
Karya yang akan penulis
sajikan akan mengajak para penikmat untuk berpikir tentang maksud dari konsep
yang ingin saya sampaikan bukan hanya sekedar menikmati visual yang ada.
Kata Kunci
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk yang tidak
bisa puas dengan kebutuhan akan informasi. Seiring berjalanya waktu makin
banyak penemuan-penemuan yang terkuak dan hal ini berbanding lurus dengan
kebutuhan informasi yang ingin diperoleh manusia, karena dalam persepsi
kehidupan, semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin mudah pula
manusia memenuhi kebutuhannya. Informasi bisa didapat dari indra yang ada pada
manusia yang terdiri dari indera penglihatan, perasa (pengecap), peraba,
penciuman,dan pendengaran. Indera penglihatan yang dalam hal ini diwakili oleh
mata, memegang peranan penting dalam proses tumbuhnya manusia dan peradaban.
Indera penglihatanlah yang membuat manusia bisa melihat, mempersepsikan dan
meniru kinerja alam sehingga manusia bisa membuat hidupnya lebih nyaman.
Kebudayaan manusia yang terus berkembang
disebabkan oleh ilmu pengetahuan yang terus
berkembang
pula, informasi dari penglihatan memegang
peran penting disini sebagai media penyampai informasi dari seorang ke orang
yang lain atau sebuah kelompok masyarakat. Informasi itu terdiri dari
gambar-gambar yang diam atau bergerak. Saya akan menguraikan bagaimana proses
sebuah imaji bisa ditangkap dan kemudian di olah oleh otak dan pada akhirnya
memunculkan persepsi terhadap sesuatu. Saya mengambil dasar dari ilmu psikologi
Gestalt yang ditemukan oleh Max Wertheimer
(1880-1943) untuk membuat sebuah karya fotografi.
Dunia fotografi merupakan salah satu
media penyampai informasi untuk mata. Penggunaan hukum-hukum dari teori Gestalt
ini bisa menjadikan sebuah karya menjadi produk yang muncul dari sebuah proses
kreativitas. Seorang
fotografer idealnya dapat menciptakan sebuah kesatuan visual yang mudah
dipahami oleh penglihat. Pemahaman terhadap prinsip persepsi visual adalah
kunci untuk memahami tendensi mata dalam melihat sebuah pola visual. Penerapan
prinsip persepsi visual dari teori Gestalt menjadi metode persepsi visual yang
paling akurat, teruji, dan dapat dikatakan masih relevan sampai saat ini.
2.
Rumusan
Masalah
a. Apakah psikologi Gestalt?
1) Apakah definisi psikologi
Gestalt?
a) Bagaimanakah proses otak menangkap
dan mempersepsikan gambar visual?
b) Apa
sajakah hukum-hukum psikologi
Gestalt?
2) Bagaimana
sejarah dan perkembangan
psikologi Gestalt?
b. Bagaimanakah menerapkan psikologi
Gestalt dalam karya fotografi.
1) Bagaimana
cara menciptakan karya dengan dasar psikologi Gestalt.
3.
Tujuan Penulisan Makalah
a. Untuk
menjelaskan psikologi Gestalt.
1) Untuk
menjelaskan definisi psikologi Gestalt.
a) Untuk
menjelaskan proses otak menangkap dan mempersepsikan gambar visual.
b) Untuk
menjelaskan jenis hukum-hukum psikologi Gestalt.
2) Untuk
menjelaskan sejarah dan perkembangan psikologi Gestalt.
b. Untuk
menjelaskan penerapan psikologi Gestalt dalam karya fotografi.
1) Untuk
menjelaskan cara menciptakan karya dengan dasar psikologi Gestalt.
B.
Penerapan
1. Pengertian Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt berawal dari pengajuan kertas kerja
Max Wertheimer dari Jerman (1912), sedangkan di Amerika Serikat J.B. Watson
juga mengemukakan karyanya yang berjudul ‘Psychology as the behaviorist
views it’ (1913). Max Wertheimer (1880-1943) merupakan pendiri Gestalt,
ia bekerja sama dengan dua temannya Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang
Kohler (1887-1967), yang keduanya
dipandang sebagai the cofounder. Ketiga tokoh ini mempunyai
pemikiran yang sama dan searah( Bimo Walgito, Pengantar
Psikologi Umum,Penerbit Andi, 2006, h.74)
Kedua
aliran ini (behaviorisme dan gestalt) sering disebut sebagai aliran kontemporer
yang mengkritik aliran Orthodoks, tetapi ada perbedaan diantara kedua aliran
tersebut. Psikologi Gestalt masih mengakui adanya unsur kesadaran itu sendiri
dalam bentuk yang utuh (totalitas, tidak terbagi dalam elemen-elemen), sedangkan
behaviorisme tidak sependapat dengan diikutsertakan kesadaran sebagai data
dalam psikologi. Behaviorisme lebih menekankan tingkah laku dalam bentuknya
yang nyata sebagai data dalam psikologi.
Psikologi Gestalt
merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai
suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam teori psikologi Gestalt
disebut sebagai fenomena (gejala). Fenomena adalah data yang paling dasar dalam
psikologi Gestalt. Dalam hal ini psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat
fenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara
netral. Dalam suatu fenomena terdapat dua unsur, yaitu objek dan arti. Objek
merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera,
objek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti
pada objek itu. Gestalt adalah
fenomena perseptual dipelajari secara langsung dan secara bulat, tidak dibagi-bagi atau dianalisis
lebih lanjut( Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum,Penerbit Andi,
2006, h.75)
Istilah ‘Gestalt’ sendiri merupakan istilah bahasa
Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain. Arti Gestalt
bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa
Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya
dalam bahasa Inggrispun bermacam-macam antara lain ‘shape psychology’, ‘configurationism’,
‘whole psychology’ dan sebagainya. Karena adanya kesimpangsiuran dalam
penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk
menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjemahkan ke dalam bahasa lain(Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh
Psikologi, PT Bulan Bintang,
Jakarta, 1986, h.127).
2.
Proses
Fisiologo Melihat
Cahaya memantul dari suatu benda.
Pantulan ini difokuskan oleh kornea dan lensa kepada 126 juta reseptor di
retina. Sementara sistem visual mencari dan bertindak atas informasi dari
lingkungan ini, masukan dari retina menyebabkan penyesuaian-penyesuaian pada
mata. Reseptor di retina mengubah dan menyusut informasi dari cahaya menjadi
impuls listrik, yang
kemudian diteruskan oleh sistem saraf optik dari masing-masing mata ke talamus visual otak dan ke
korteks visual yang merupakan tempat terjadinya penglihatan yang sebenarnya. Di
talamus, pesan dipisah menjadi dua jalur pemrosesan.
Ø
Jalur pertama: jalur
talamo-amigdala mengirim sinyal dari talamus langsung ke amigdala yang
merupakan pusat emosi dari otak. Di sini bentuk situasi yang telah dipersepsi
langsung dicocokkan dengan bentuk-bentuk lain yang tersimpan di ingatan emosi
dan menghasilkan tanggapan emosi yang akan menjadi bingkai tindakan, sesuai
dengan pengalaman masa lalu
(negatif/positif).
Meskipun tidak sadar, hasilnya kita rasakan berupa perasaan atau sikap yang
membentuk pikiran kognitif, membelokkannya ke arah tanggapan tertentu.
Ø
Jalur kedua: jalur
talamo-korteks. Jalur ini mengirim sinyal lebih lambat ke arah korteks, tempat
sinyal disempurnakan dan dikirimkan kembali ke amigdala. Di korteks inilah kita
menyadari apa yang kita lihat. Namun, proses yang terjadi telah mengaktifkan
emosi dan tanggapan tertentu.
Dalam proses persepsi, data disusut dan
dipadatkan. Citra retina yang semula seperti gambar kamera tentang kenyataan,
berubah menjadi peta representatif dari bidang visual.
3.
Proses
perseptual otak
Citra yang akhirnya kita persepsi
terlihat utuh, bukan karena otak melihat gambar dari apa yang ada “di luar
sana,” melainkan karena berbagai wilayah khusus dalam korteks visual menghubungkan sistem-sistem paralel menjadi
jejaring yang luas. Otak terbagi menjadi dua belahan: kiri dan kanan.
Gambar diproses oleh belahan otak kanan,
kata-kata oleh belahan otak kiri.Otak kanan bekerja secara menyeluruh dan
serentak, otak kiri bekerja per bagian dan berurutan.
1.
Sistem
Emosi dan Kognisi
Masukan visual diproses menurut dua
sistem pemrosesan: talamo-amigdala dan korteks.
• Di amigdala
nilai emosi diberikan pada data yang masuk dan diteruskan ke tubuh untuk mempersiapkan
tubuh sebelum akal membuat keputusan sadar untuk bertindak.
• Dengan kata
lain, kita sudah bertindak sebelum menyadari tindakan. Tindakan ini tidak didasarkan pada
gambar di retina, tetapi berdasarkan perkiraan atas apa yang akan muncul di
retina.
• Salah satu
kemampuan utama kognisi adalah untuk merasionalisasi apa yang telah diputuskan
secara emosional.
2.
Teori
Gestalt
Manusia
memiliki kecenderungan bawah sadar untuk menggabung-gabungkan informasi yang
berbeda menjadi keseluruhan yang teratur dengan demikian, upaya perseptual
menjadi lebih cepat dan
ringkas.
Dalam
cabang psikologi ini ada 6 hukum yang digunakan untuk membagi proses manusia
mempersepsikan sesuatu dari penglihatan. Contoh
aplikasi hukum psikologi Gestalt pada karya:
1.
Hukum
Kelengkapan
Bentuk atau garis yang hampir
lengkap akan dipersepsi dan diingat sebagai bentuk yang lengkap. Contoh:
Foto: Penulis
Citra yang akhirnya kita persepsi terlihat utuh, bukan karena otak melihat gambar dari apa yang ada “di luar sana,” melainkan karena berbagai wilayah khusus dalam korteks visual menghubungkan sistem-sistem paralel menjadi jejaring yang luas.
2.
Hukum
Simetri
Berbagai unsur yang tertata dalam
bentuk simetris cenderung dilihat sebagai satu kelompok dan dilihat sebagai
satu kesatuan. Contoh:
Foto tersebut
terdiri dari 16 buah kue moci, namun orang akan langsung
berpersepsi
kalau itu sebuah kesatuan.
3.
Hukum
Kedekatan
Obyek akan dikelompokkan
berdasarkan jarak satu dengan yang lain.
Contoh:
Kedekatan jarak antar manusia menyebabkan kita berpersepsi bahwa itu membentuk sebuah kesatuan atau kita mengasosiasikan menjadi sebuah bentuk mobil.
4.
Hukum
Kemiripan
Obyek-obyek yang tampak serupa akan
dipersepsi sebagai satu kelompok.
Contoh:
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKR6LAZOd6ZCJ_fpKjAVOCESGofaUsAV8fgORQJUUp0XcL7ETaSl21sYSJCMPAoS3vDekRdS70ErjD2zM1ub7Yow9_Qx5d3KMfNUB5r_x_c90kt9Fm0euRQc0X7EtdmgntEc0SjMaOlu4E/s1600/LAND-ROVER-Goggles.jpg
Kesamaan bentuk
kaca mata dan kaca depan mobil mengakibatkan kita menarik kesimpulan bahwa
mobil dan sosok manusia merupakan kesatuan.
5.
Hukum
Kesinambungan
Orang cenderung menutup jarak antar
obyek dan melihatnya sebagai sesuatu yang sinambung atau membentuk garis.
Contoh:
Barisan patung yang berjajar membuat kita bersepsi secara
tidak sadar bahwa jajaran patung tersebut adalah sebuah garis.
6.
Hukum
Sosok-Latar
Jika dua gambar beririsan, gambar
yang lebih kecil kemungkinan besar akan dianggap sebagai sosok, sedangkan yang
lebih besar dianggap sebagai latar. Contoh:
Foto: Penulis
Sosok manusia yang lebih kecil dari background mengakibatkan sosok manusia menjadi point if interest dan rak buku sebagai latar belakang.
- Penerapan Hukum Teori Gestalt pada Karya Fotografi
Aplikasi
hukum-hukum Gestalt bisa memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan
fotografi. Aplikasinya bisa masuk ke genre
fotografi apa saja. Ini menyangkut
konsep awal yang akan divisualisasikan dengan foto. Langkah awal adalah
penetuan konsep atau sering disebut brain
storming. Dalam taraf ini ditentukan hukum apa yang sesuai untuk konsep
yang sudah kita pilih. Langkah selanjutnya ialah tentang perancanaan teknis
yang terdiri dari pemilihan objek dan segala pendukungnya, pemilihan alat,
teknis pencahayaan, pemilihan angle,
dilanjutkan pemilihan treatman warna
dalam photoshop. Semua ini kan menjadi proses yang sangat panjang dan komplek
agar antara konsep, penggunaan hukum-hukum Gestalt dan hasil yang dihasilkan
bisa menjadi sebuah mata rantai yang tidak putus. Foto yang bagus adalah foto
yang sesuai dengan konsep awal.
- Penutup
1. Kesimpulan
Fotografi merupakan media yang
selain sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri juga bisa sebagai media yang
bisa digunakan untuk menampilkan secara visual disiplin ilmu yang lain seperti
psikologi. Sebaliknya, fotografi pun bisa merangkul disiplin ilmu yang lain
agar dia menjadi sebuah karya yang merupakan hasil dari sebuah proses kreatif.
Akhir-akhir ini fotografi hanya dipandang sebalah mata, hanya melulu tentang
alat yang semakin canggih dan gambar yang bagus, dengan mengawinkannya dengan
disiplin ilmu yang lain diharapkan fotografi mampu berkembang dan menghasilkan karya-karya
yang unik dan bernilai tinggi.
2.
Saran
Sebagai
seorang calon penggiat fotografi sebaiknya kita membuka diri untuk juga
mempelajari disiplin ilmu yang lain agar karya kita bisa lebih variatif dan
dengan tidak langsung kita ikut andil dalam perkembangan ilmu fotografi dan
imbasnya, kita ikut menyumbang kebaikan bagi hidup sesama manusia.
Daftar Pustaka
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/gestalt (Diakses
pada hari Senin, 20 Februari 2012, pukul 13.02 WIB )
Saputro,
Kurniawan Adi. 2009. Mimeografi.,
Artikel
perkuliahan Ilmu Komunikasi 1.
Yogyakarta: FSMR ISI Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1986. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan
Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Walgito, Bimo. 2006. Pengantar
Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit
Andi.
ditunggu postingan yang lain mas bro erwin :D
BalasHapusKeeren broo... keep it up
BalasHapus